Hari ini saya belajar melalukan finishing draft kasar dari salah satu penulis. Mohon kritik dan saran yang membangun, ok langsung saja ini dia.
Draft kasar :
Vani merasa sangat lelah, dia terpaksa berjalan kaki dulu menuju halte bus umum sepulang kantor karena terlambat keluar dan ketinggalan bus karyawan. Sekarang dia harus berjalan kaki selama 30 menit melalui area pertokoan disekitar kantor tempatnya bekerja dan berharap bus umum yang ditemukannya nanti tidak penuh dan membuatnya terpaksa berdiri dalam kondisi berdesak-desakan sampai tujuan. Dihelanya nafas dalam-dalam mencoba menyabarkan diri. Sebuah tepukan di bahunya membuat Vani menghentikan langkahnya dan menoleh, dia langsung tertegun. Yang ada di sampingnya adalah Pak Andre, supervisor di divisinya yang masih muda, lajang dan digilai banyak wanita di kantor. "Saya melihatmu tertinggal bus jemputan. Mau saya antar pulang?"
Draft finishing :
Vani melihat jam tangannya menunjukkan pukul sepuluh malam tepat, hari ini dia merasa sangat lelah badannya terasa seperti hampir remuk ditambah memakai sepatu hak tinggi membuat kakinya sakit, ingin rasanya dia melepas sepatu namun tidak mungkin pulang dengan bertelanjang kaki. Dengan langkah gontai dia terpaksa berjalan kaki dulu menuju halte bus umum di ujung jalan sepulang kantor, dari pagi sampai sore dia mengerjakan pekerjaannya sedangakan sore sampai tadi tepatnya 10 menit yang lalu harus mengerjakan deadline pekerjaan temannya yang sedang cuti melahirkan ditambah beberapa revisian karena tugas yang begitu banyak membuatnya terlambat keluar dan tertinggal bus karyawan, yang merupakan fasilitas kantor itu sangat membantu selain bisa beristirahat dalam bus, mengurangi kemacetan di jalan juga menghemat ongkos.
Sekarang dia harus berjalan kaki selama 30 menit melalui area pertokoan yang hari ini terasa begitu menakutkan tidak seperti biasanya, jejeran toko yang sudah tutup serta tidak ada orang lain hanya lampu jalan saja yang menemaninya. Meskipun bukan pertama kali dia melewati area ini mendekati tengah malam seperti sekarang namun nyatanya tetap membuat nyali Vani semakin menciut padahal letaknya yang masih di sekitar kantor tempatnya bekerja dan jalan raya tidak mengurangi kesan mencekam. Vani mempercepat jalannya tidak dihiraukan rasa pegal dan sakit yang mendera, dia terus berdoa dalam hati berharap segera sampai di halte dan bus umum yang ditemukannya nanti tidak penuh sehingga membuatnya terpaksa berdiri berdesak-desakkan sampai tujuan seperti malam sebelumnya. Dihelanya nafas dalam-dalam mencoba menenangkan dan menyabarkan diri.
Saat Vani tengah menenangkan diri tiba-tiba dirasakan ada yang mengikutinya, refleks dia menengok ke belakang dan disisirnya segala arah namun tidak ada orang, malam yang semakin larut membuatnya semakin takut sehingga dia melepaskan sepatu itu lalu dijinjing di tangan kanannya kini dia bisa berjalan lebih cepat menuju halte bus. Vani yang merasa terus diikuti memutuskan untuk berlari dan dia mulai jelas mendengar suara sepatu yang mengikuti, dieratkannya salah satu sepatu dalam genggaman tangan lalu sebuah tepukan dibahu membuat Vani menghentikan langkahnya dan menoleh dengan sigap dipukulkannya ujung sepatu yang berat ke pelipis orang itu dengan sekuat tenaga sampai terdenar suara yang cukup keras plakkk, kontan orang tersebut gontai ke belakang sambil memegangi pelipis yang dirasakannya mengeluarkan cairan berwarna merah. Vani baru menyadari bahwa yang ada di sampingnya adalah Pak Andre, supervisior di divisinya yang masih muda, lajang dan digilai banyak wanita di kantor yang ternyata telah dipukul dengan sepatu kesayangannya.
Vani langsung meminta maaf kepada Pak Andre yang menahan pelipisnya "maafkan saya Pak, itu benar-benar refleks saya kira tadi penjahat, sakit sekali ya Pak? Aduh berdarah lagi, saya obati ya?" Dilepasnya sepatu itu lalu membuka tas mencari persediaan obat merah dan plester yang selalu dibawa. "Iya tidak apa-apa salah saya juga langsung menepuk tidak memanggil dulu. Saya melihatmu tertinggal bus jemputan yang terakhir. Mau saya antar pulang?" Jawabnya dengan menahan sakit. Vani sengaja tidak menjawab pertanyaan itu lalu menemukan obat merah dan plester hendak mengobati pelipis Pak Andre tapi langsung ditahan di pergelangan tangannya "kita ke mobil saja, toh percuma pasti kamu tidak mau menjawab" diambilnya sepatu di tanah kemudian menarik tangan Vani menuju mobil berwarna merah itu.
Sesampainya di mobil Pak Andre membukakan pintu untuk Vani lalu menyuruhnya masuk setelah masuk dan menutup pintu dia memutari depan mobil kemudian masuk ke sisi seberangnya. "Vani, maafkan saya telah menyakitimu mau kah kamu memaafkan ku? Memulai kembali dari awal?" Kata Pak Andre menghadap ke arah Vani. Tidak ada jawaban hanya ada isakan tangis dari mulut Vani, ditariknya Vani kedalam pelukannya "menangislah, sampai kamu merasa tenang".
Saran:
BalasHapusNafas: napas
Terus yang rada janggal. Kenapa pak Hadi meluk segala?
Kenapa vani nagis ya?
BalasHapusDari sebelum vani menangis tidak diceritakan ada kedekatan personal.
Ini cerita di tengah keseluruhan cerita atau awal cerita ya?