Assalamu'alaikum wr wb ^^
Apa kabar sahabatku? Semoga kita selalu dilindungi Allah SWT, aamiin.
Ketemu lagi dengan Kak Oi... yeahhh!!!
Alhamdulillah karena lumayan banyak file yang bisa dikumpulkan, jadi saya akan pecah postingan ini menjadi beberapa bagian.
Saya dedikasikan tulisan ini untuk sahabat-sahabat yang sekarang atau kelak bergelar sebagai Ayah.
Semoga bermanfaat^^
Mohon maaf bila ada kesalahan maupun kekurangan.
===NEGERI TANPA AYAH PART 1===
Sebelum membahas tema ini lebih jauh, jujur saya salah satu orang yang kurang dekat dengan sosok Ayah, entah bagaimana, rasanya seperti ada tembok besar dan kasat mata yang membatasi antara saya dan Ayah, karena sejak saya kecil, Ayah sibuk bekerja sehingga tanpa sengaja melupakan saya yang juga butuh perhatiannya, sungguh saya iri bila melihat anak yang dekat dengan ayahnya, tapi ini tidak sedikitpun mengurangi rasa hormatku pada Beliau. Anak diibaratkan sebagai burung yang membutuhkan dua sayap untuk terbang tinggi di angkasa, yaitu ayah dan ibu. Saya sadar diri bahwa salah satu sayapku tidak sempurna sehingga tidak bisa terbang tinggi di angkasa tapi saya masih bisa jadi pinguin yang bisa berenang, walaupun tidak dapat menikmati pemandangan dari udara tapi saya bisa menikmati pemandangan di dalam laut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di tiga puluh tiga propinsi di Indonesia antara tahun 2009 sampai dengan 2010 memberikan kesimpulan bahwa negeri kita Indonesia layak untuk dinobatkan sebagai salah satu “Negeri Tanpa Ayah”.
Bukan karena banyaknya anak yatim yang ditinggal mati ayahnya. Tapi karena para ayah yang tidak mau memperhatikan perkembangan anak-anak mereka. Para ayah berfikir tugas mereka hanya mencari dan memberi uang saja, sesungguhnya mereka menyamakan dirinya dengan ATM, didatangi saat dibutuhkan saja. Sedangkan tugas untuk mendidik hanya diserahkan semuanya ke ibu, yah memang ibu adalah sekolah pertama bagi anak serta pemberi rasa nyaman suasana sekolah, tapi jangan lupa bahwa ayah adalah kepala sekolah yang bertugas menentukan visi bagi pengasuhan anak serta mengevaluasinya bukan malah penjaga sekolah yang mengurusi genteng bocor, lampu yang mati, dan pagar yang rusak. Padahal keberanian, kemandirian dan ketegasan harus diajarkan dari usia dini dimana ayah, sang pengajar utama.
Ayah yang hanya sibuk dengan dunianya yaitu koran, televisi dan komputer atau bisa disebut pekerjaan, seakan malu untuk mengasuh anak apalagi jika masih bayi, rasa ini berlanjut hingga tanpa sadar menghilangkan fungsi tarbiyah dari ayah, maka banyak ayah yang tidak tahu kapan anak lelakinya pertama kali mimpi basah sementara anak dituntut untuk sholat subuh padahal ia sedang dalam keadaan junub, sholatnya tidak sah dimana tanggung jawab ayah?
Ada istilah dari Umar bin Khattab, jika ada anak durhaka tentu juga ada ayah durhaka. Ayah durhaka yaitu ayah yang menuntut anaknya shalih dan shalihah namun tidak memberi hak anak dimasa kecil. Ingat, nasab anak merujuk pada ayah yang menunjukkan kepada siapa Allah meminta pertanggung jawaban.
Dalam kitab Tahful Maudud karya Ibnu Qoyyim berkata jika terjadi kerusakan pada anak penyebab utamanya adalah ayah. Di dalam Al Qur'an ternyata terdapat 17 dialog pengasuhan. Empat belas diantaranya ayah dan anak, ternyata ayah yang lebih banyak disebut dan semangat Al Qur'an mengenai pengasuhan justru mengedepankan ayah sebagai tokohnya. Kita kenal Lukman, Ibrahim, Ya'qub, Imron, mereka contoh ayah yang perduli.
Nabi Ibrahim adalah ayah yang super sibuk, jarang pulang tetapi tetap bisa mengasuh anak meski dari jauh, terbukti dua anaknya menjadi nabi. Sedangkan Rasulullah yang sejak kecil telah ditinggal wafat oleh ayahnya tetapi nilai-nilai keayahannya tidak pernah hilang didapat dari sosok kakek dan pamannya. Generasi sahabat menjadi generasi gemilang karena ayah terlibat dalam mengasuh anak bersama ibu, sehingga mereka digelari umat terbaik.
Ibu mengasuh kepekaan rasa, ayah memberi makna terhadap logika. Jika ibu tidak ada maka anak kurang cinta, jika ayah tidak ada maka anak tidak punya kecerdasan logika. Ayah mengajarkan anak menjadi pemimpin yang tegas, ibu membimbing anak menjadi pemimpin yang perduli, tegas dan perduli itu sikap utama.
Hak anak adalah mendapatkan pengasuhan yang lengkap, ayah terlibat, ibu apalagi. Mari bagi sahabat yang sekarang adalah ibu ajak ayah untuk terlibat dalam pengasuhan, baik dirumah, sekolah dan di masjid. Bagi sahabat yang sekarang adalah ayah mulailah ikut berperan aktif dalam pengasuhan anak. Sedangakan bagi sahabat yang masih sendiri semoga postingan ini memberi pandangan seperti apa nantinya saat mempunyai anak. Semoga negeri ini tidak lagi kehilangan ayah.
*****
Saya rasa cukup untuk postingan hari ini, nantikan Negeri Tanpa Ayah Part 2 yang insyaAllah akan diposting besok. *berasa nulis buku aja hehehe :D
Wassalamu'alaikum wr wb.
Tulisan bagus dan bermakna:)
BalasHapusTerima kasih mba tika :)
HapusBerat....
BalasHapusKenapa berat mba laras?
HapusNegri tanpa ayah membuat generasi tanpa akhak. Yeeee. Semoga saya cepet dapat jodooo.... semangat kak oi
BalasHapusYuph,ayah juga sangat penting dalam mendidik anak, aamiin, semoga dimudahkan rezekinya mas Risqi
HapusNegri tanpa ayah membuat generasi tanpa akhak. Yeeee. Semoga saya cepet dapat jodooo.... semangat kak oi
BalasHapus