Assalamua'alaikum wr wb.
Sesuai judulnya, yuph! Dari semalam lagi kangen sama kota istimewa yang satu ini, Yogyakarta. Sambil medengarkan lagunya Jogya Hip Hop Foundation (JHF) yang Yogya Istimewa dan Bojoku Nakal membawaku nostalgia di sana.
Daerah Yogyakarta yang pertama kali saya datangi yaitu Pantai Indrayanti, pantai pasir putih yang cukup sepi waktu itu tapi justru ini yang saya sukai sehingga bisa menikmati suasana pantai dengan tenang, sempat kecewa juga sih saat ke bibir pantai ombaknya cukup besar dan mendung jadi tidak bisa lihat sunrise. Karena suasana mendung akhirnya saya naik ke atas tebing untuk melihat pemandangan, deburan ombak yang menabrak bebatuan besar di bawah membuatku semakin betah di tebing, cuacanya mendung saja bagus apa lagi jika cerah dijamin pemandangan dari atas lebih indah. Setelah berfoto-foto dan merasa cukup melihat pemandangan dari atas akhirnya turun, saya yang notabennya lebih senang sendiri memilih bermain pasir dan air sambil menunggu sarapan disiapkan.
Dari Pantai Indrayanti dilanjutkan perjalanan menuju Goa Pindul, sampai di sana pengunjung menunggu antrian dulu lalu memakai pelampung kemudian menyusuri jalan menuju tempat pintu goa, sambil berjalan saya diajak ngobrol dengan salah satu pemandu wisata, mereka sangat ramah penduduk sekitarnya juga, di tengah perjalanan kami diberi pelampung ban untuk menyusuri goanya setelah sampai pengunjung dibriefing dahulu oleh pemandu. Tibalah saatnya untuk susur goa dengan menggunakan pelampung ban memudahkan kami untuk ditarik oleh pemandu dan bisa melihat ke atas goa, pertama masuk goa sudah disuguhi oleh stalaktid yang cukup panjang menuju kedalam bisa melihat kekelawar bergelantungan juga ada tangga di dalamnya, lalu di tengah goa yang merupakan titik gelap dan jalannya sempit sehingga mengharuskan kaki ditekuk supaya bisa melewatinya ada juga staktid dan stalagmid yang menyatu seperti tiang besar kalo tidak salah namanya 'Saka Ageng' yang artinya tiang besar jika dipukul akan mengeluarkan bunyi seperti gong, kemudian setelah mendekati pintu goa pengunjung dibebaskan untuk berenang dan terjun di dalam goa walaupun tidak terlalu tinggi tapi lumayan lah renang tanpa terjun itu bagai sayur tanpa garam, namun jangan lupa keluar dari goa juga berenang sendiri ya sebab pelampung bannya sudah dibereskan oleh pemandu.
Setelah selesai dari Goa Pindul dilanjutkan ke jalan Malioboro, perjalanan yang cukup jauh ini nyatanya tidak membuatku mengatuk justru membuatku semangat sebab bukan karena hendak belanja yah tapi saya bisa melihat hiruk pikuk kota Yogya sebelum pulang. Sampai di jalan Malioboro sekitar pukul 4 sore niatnya sih mau ke Keraton Yogyakarta tapi berhubung sudah sore akhirnya dibatalkan, saat menyusuri jalan saya melihat Monumen 11 Maret ingin sekali masuk ke dalamnya tapi setelah dilihat ternyata gerbangnya dikunci padahal ada beberapa orang yang sedang berfoto di situ, sempat terpikirkan untuk naik pagar tapi ingat pake rok akhirnya batal deh, malu juga lah ya tempat umum begitu main naik pagar hahaha. Akhirnya saya masuk ke Benteng Vredeburg setelah foto-foto saya akhirnya memutuskan untuk naik ke bentengnya, namun ternyata tempat tertinggi di benteng harus naik lagi lumayan tinggi juga apalagi pake rok agak ribet naiknya tapi ternyata saya bisa naik, dari atas benteng pemandangan terlihat jelas. Setelah keluar dari benteng saya diajak ke sebuah toko yang khas banget di Malioboro, ada yang tahu? Yuph Toko Hamzah.
Awalnya sih saya kira ini pasar bukan toko sebab di depannya banyak orang jualan, kesan pertama sebelum masuk itu bau kemenyan yang sangat menyengat sempat buat kepala pusing lalu saat di pintu masuk saya kira yang berdiri itu patung pemilik toko sebab nenek-nenek, tanpa ekspresi, riasanya lumayan tebel ditambah tidak bergerak pula eh pas dilihat ternyata orang beneran hampir jerit gara-gara kaget. Pertama masuk langsung disuguhin pemandangan piano dan baju-baju batik, sayang sekali saat kesitu tidak ada penampilan piano katanya sih di sini suka membawakan lagu-lagu klasik. Di dalam toko juga suasanya khas banget pengharum ruangannya pakai dupa, patung-patung, semacam kereta kencana, air mancur dll, berhubung teman mau cari aksessoris jadi saya ikutin dia ke lantai dua, sepanjang tangga terdapat foto-foto di dindingnya juga patung, saya yang memang tidak suka aksessoris mau lihat sebanyak apapun tetap saja cuma lihatin padahal tersedia lengkap di sana. Setelah teman selesai belanja akhirnya memutuskan untuk lanjut jalan-jalan menikmati suasana senja di Malioboro, merasa sudah lelah saya memutuskan kembali ke tempat parkir sendirian ternyata di samping jalan banyak orang-orang memakai kostum hantu dari suster ngesot sampai pocong, saat lewat saya malah 'diawe-awe' sama yang pakai kostum kuntilanak otomatis saya lari lah, malam jumat lagi jalan sendirian malah disapa mereka walaupun kostum juga tetap saja takut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar