Minggu, 24 April 2016

Sei Manggaris, Daerah Perbatasan Indonesia - Malaysia

Seperti yang kita ketahui bahwa negara Indonesia terutama pulau Kalimantan bersebelahan dengan negara Malaysia, apakah Anda ingin tahu bagaimana kehidupan masyarakat di perbatasan Indonesia salah satunya di Kecamatan Sei Manggaris?

Kecamatan Sei Manggaris merupakan pemekaran Kabupaten Nunukan yang memiliki luas wilayah ± 850,48 Km² dengan jumlah penduduk tahun 2014 yaitu 8711 jiwa, terbagi menjadi 4 desa yaitu Sri Nanti, Tabur Lestari, Semaenre Semaja dan Sekaduyan Taka. Sei Manggaris berbatasan langsung dengan Kota Tawau, Malaysia.

Mayoritas penduduknya adalah suku Dayak, ada juga suku pendatang dari Bugis, Jawa, Lombok dan Timor. Karena daerah perbatasan menyebabkan penggunakan dua mata uang negara yaitu Rupiah dan Ringgit Malaysia, bahasa sehari-hari yang digunakan adalah Bahasa Indonesia juga Melayu, lalu khuhus warga Sei manggaris diberikan hak Kartu Lintas untuk berkunjung ke Malaysia dengan syarat KTP harus Kabupaten Nunukan serta memiliki batas waktu tertentu.

Mayoritas masyarakat bekerja sebagai pekebun sawit dengan sistem panen 2x dalam satu bulan dan hasilnya dikirim ke Tawau, Malaysia. Sistem transportasi darat di sana masih terbatas dengan jenis kendaraan hanya truk dan sepeda motor, sekarang pemerintah mulai membangun jalan walaupun belum maksimal, lalu pembebasan lahannya dengan cara melakukan sosialisasi kepada warga sekitar khususnya perangkat desa setempat, ganti ruginya dibuatkan akses jalan yang masuk ke kebun warga dan memperbaiki jalan setapak jadi tidak ada ganti rugi dalam bentuk uang.

Sedangkan distribusi bahan pokok masyarakat yang berasal dari Nunukan masih menggunakan jalur laut dengan speed boat yaitu dari Tarakan menuju Nunukan baru ke Sei Manggaris sedangkan antara Nunukan-Sei Manggaris membutuhkan waktu ± 2jam, sulitnya akes yang dilalui serta lamanya perjalanan menyebabkan harga menjadi 3-4x lebih mahal dari pulau Jawa dan di sana masih banyak produk-produk yang dijual berasal dari Malaysia.

Setiap rumah warga yang rata-rata masih menggunakan papan ini memiliki penampungan air yang gunanya untuk menampung air hujan meskipun ada sumur yang kecil tetapi sumber airnya kurang bagus karena tanah mengandung zat asam yang berasal dari sumber batu bara. Pada musim kemarau masyarakat akan menggunakan sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci sedangkan konsumsi air untuk minum dari tangki.

Itulah seklumit tentang Sei Manggaris yang diceritakan oleh teman saya, semoga pembangunan jalan yang sedang dilaksanakan di sana lancar dan menjadi lebih baik lagi sehingga memudahkan infrastruktur masyarakat.

Sumber data : BPS Kab Nunukan

7 komentar:

  1. Bisa bebas ke luar negeri.. Hemmm jadi pengen kesana

    BalasHapus
  2. Kirain mb olif pernah tinggal di sana

    BalasHapus
  3. Gak pernah mas, penasaran sih pengin ke sana tapi aksesnya masih susah.

    BalasHapus
  4. Gak pernah mas, penasaran sih pengin ke sana tapi aksesnya masih susah.

    BalasHapus
  5. Wah saya jd penen ke sana mbak olif

    BalasHapus
  6. Baru tahu soal nunukan. Ternyata begitu ya

    BalasHapus